Jumat, 15 Januari 2010

Belajar dan Pembelajaran | Pentingnya Motivasi Belajar

A. Pengertian motivasi
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Mc. Donald mengatakan bahwa, Motivation is a energi change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Guru-guru sangat menyadari penting motivasi di dalam membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan-kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan celaan telah digunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Ada kalanya, guru-guru mempergunakan teknik-teknik tersebut secara tidak tepat.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan dalam tingkah laku. Kaum pengusaha mengeluarkan biaya setiap tahun untuk memasang advertensi, berarti memotivasi orang-orang agar mau membeli dan menggunakan hasil-hasil usahanya.
Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua murid maupun masyarakat.

B. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.


2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

C. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar.

1. Motivasi Sebagai Dasar Penggerak Yang Mendorong Aktivitas Belajar
2. Motivasi Intrinsic Lebih Utama Daripada Motivasi Ekstrinsik Dalam Belajar
3. Motivasi Berupa Pujian Lebiah Baik Daripada Hukuman
4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar
5. Motivasi Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar
6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

D. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsif, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandung.
3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeliksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, ttidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.




E. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar
1. Memberi Angka
2. Hadiah
3. Kompetisi
4. Ego-Involvement
5. Memberi Ulangan
6. Mengetahui Hasil
7. Pujian
8. Hukuman
9. Hasrat Untuk Belajar
10. Minat

F. Faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar siswa
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan baik jika tujuan awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai need to know / kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar tentu berkaitan dengan psikologis anak. Terkadang, motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab

1. Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, siswa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus diperhatikan guru untuk siswanya. Contohnya; jika seorang siswa dihukum dengan cara maju kedepan dan menjewer kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi terhadap gurunya dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan ia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya.

2. Ketidaknyamanan fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang siswa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.

3. Frustasi
Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh siswa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Siswa seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Guru seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi siswanya. Guru harus dapat menyampingkan rasa frustasi siswanya dengan menjadikan proses pembelajaran sebagai sesuatu yang menyenangkan dan refreshing.





4.Teguran yang tidak dimengerti
Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas tapi juga prasangka yang besar pula. Jika guru menegur dengan tanpa ia mengerti, siswa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya. Contohnya, guru yang kesal dengan siswanya yang terlambat mengumpulkan tugas. Siswa tersebut tentu bingung dan berfikir apa yang salah dengannya, dan ia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya.


5. Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Guru yang tidak memahami siswanya dan mempunyai jadwal sedikit, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Siswa yang mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan gurunya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.

6. Materi terlalu sulit/mudah
Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran siswa. Terkadang hal ini tidak diperhatikan guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi siswa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar siswa ketingkat terendah.

7. Persaingan yang tidak sehat
Setiap siswa mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Siswa yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

8. Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Guru harus dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, siswa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar. (Sumber: Artikel Psikologi). BK.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri., Psikologi Belajar. Cet I. Jakarta: Rineka Cipta. 2002
A. M. Sardiman., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet V. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994
http://www.minmalangsatu.net/detail-artikel-160/PENTINGNYA_MOTIVASI_BELAJAR.html

Belajar dan Pembelajaran | Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Secara umum, pendekatan dapat dipahami sebagai cara pandang terhadap obyek yang akan mewarnai seluruh jalannya proses pembelajaran (aktif, pasif, dialogis, PAKEM, Contextual teaching and learning/CTL, dsb). Romiszowski dalam Milan Rianto: 2000 mejelaskan tentang pendekatan pembelajaran yang diibaratkan sebagai rentangan antara dua ujung yang saling berlawanan seperti ekspositori dan diskoveri/inkuiri. Ekspositori menunjukkan pendekatan dengan dominasi peran guru selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan diskoveri/inkuiri menunjukkan dominasi siswa selama proses pembelajaran dan peran guru hanya sebagai fasilitator. Batasan pendekatan inkuiri di sini adalah kegiatan penemuan yang dilakukan siswa sendiri mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, menganalisis, menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, table, dll, serta mengkomunikasikannya kepada pihak lain. Tetapi, Jamarah dan Zain (2002) menjabarkan tentang jenis-jenis pendekatan pembelajaran seperti: (1) individual, (2) kelompok (3) bervariasi, (4) edukatif, (5) pengalaman, (6) pembiasaan, (7) emosional, (8) rasional, (9) fungsional.
Pendekatan seperti yang disebutkan di atas tidak akan dibahas semuanya pada makalah ini, karena pembahasan hanya akan difokuskan pada PAKEM, DD/CT.
1) Pendekatan Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan yang berpusat pada siswa selama proses pembelajaran. Mereka terlibat langsung, baik dalam membangun pemahamannya sendiri maupun dalam menemukan konsep/ilmu yang dibelajarkan oleh guru melalui kegiatan yang merujuk metode tertentu.
Pembelajaran kreatif adalah pemberian kesempatan proses berfikir secara optimal, mendalam dan inovatif, serta mengolah pengetahuan menjadi pemahaman baru yang nantinya dapat bermakna bagi kehidupan siswa dimaksud.
Pembelajaran efektif adalah kesesuaian atau pembelajaran yang tepat sasaran, dimana materi yang dibelajarkan sesuai dengan kemauan, kebutuhan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pengkondisian suasana yang menyenangkan utamanya ketika siswa mempelajari pengetahuan di kelas, sehingga mereka betah dan tidak merasa bosan.
2) Pendekatan contextual teaching and learning
Contextual teaching and learning atau sering disingkat dengan CTL adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang dibelajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan nya sendiri kemudian menghubungjkannya dengan kehidupan keseharian mereka. Proses pembelajarannya berlangsung alamiah dlm bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Komponen utama pembelajaran Contekxtual Teaching and Learning adalah:
(1) konstruktivisme, (2) bertanya, (3) menemukan/inquiry, (4) masyarakat belajar,
(5) permodelan, (6) serta penilaian authentic.
Ciri-ciri kelas yang menggunakan pendekatan CTL, salah satunya adalah
adanya pemajangan hasil kinerja siswa yang terpampang di dinding kelas. Kunci dan
Strategi membelajarkan CTL adalah: (1) relating, yaitu belajar dikaitkan dgn konteks kehi
dupan nyata, (2) experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian, penemuan, dan
penciptaan, (3) applying, belajar bilamana dipresentasikan di dlm konteks pemanfaatannya, (4) cooperating, belajar melalui komunikasi inter/antar personal, (5) transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi konteks baru.

Keamanan Komputer | Keamanan Hardware

Keamanan Hardware

Dalam konsep Security Audit/e-Audite, ada beberapa aspek yang menjadi tolak ukur auditing. Artinya, aspek ini menjadi titik krusial dalam pemeriksaan si Auditor. Pemilihan aspek ini sebenarnya masih dalam tahap pengembangan dan besar kemungkinan akan ada penambahan titik pemeriksaan atau mungkin terjadi pengurangan titik pemeriksaan sebagai alasan dari efisiensi pemeriksaan. Salah satu aspek tersebut adalah Hardware

Pemeriksaan terhadap hardware hampir serupa dengan pemeriksaan terhadap software, yaitu harus dilakukan terhadap aspek non-teknis dan aspek teknisnya. Untuk aspek non-teknis dari suatu hardware yang perlu diperhatikan adalah apakah hardware yang digunakan dalam suatu sistem tersebut merupakan hardware yang telah memenuhi persyaratan legal untuk digunakan. Sebagai contoh, untuk hardware yang merupakan berkaitan dengan sistem komunikasi, hardware tersebut harus melalui sertifikasi dari Depkominfo sebagaimana dipersyaratkan. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa hardware yang digunakan adalah hardware yang legal, dalam hal ini hardware tersebut bukan merupakan hardware hasil kejahatan terhadap hak kekayaan intelektual (IP infringement products).

Aspek pemeriksaan hardware ini sesungguhnya adalah pengejewantahan dari dari perintah peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, yang dalam hal ini adalah Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (”UU ITE”). Pasal 15 ayat (1) UU ITE secara tegas menyatakan sebagai berikut.

Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya. “Andal” artinya Sistem Elektronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. “Aman” artinya Sistem Elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik. “Beroperasi sebagaimana mestinya” artinya Sistem Elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan spesifikasinya.

Dari segi teknis, sesungguhnya prinsip e-Audit terhadap software juga dapat diterapkan terhadap pemeriksaan hardware, dimana aspek keamanan, keandalan dan reliability merupakan fokus utamanya.



A. Perawatan Hardware
Dalam sebuah perangkat komputer(PC) di daamnya terdapat banyak sekali perangkat keras, perawatan hardware adapun langkah langkah nya yaitu

• Jangan terlalu sering mereset komputer atau mematikan komputer secara langsung, motherboard lebih sering rusak diakibatkan oleh kurang stabilnya aliran listrik, mematikan komputer dengan tidak melakukan proses shutdown yang benar
• Gunakan pendingin ruangan. Bisa juga memakai Sirip Pendingin dan dan Coolling Fan Ekstra
• Hindarkan komputer dengan alat yang dapat memancarkan medan magnet.
• Matikan komputer jika tidak dipakai, tapi jangan sampai komputermu tidak kepakai dalam waktu lama.
• Usahakan komputer memakai penyimpan power saver(penyimpan tegangan listrik sementara) hal ini dimaksudkan agar saat terjadi padam listrik komputer tidak langsung padam yang akan merusak bagian power supply
• Gunakan stabilizer. Hal ini supaya tegangan listrik yang mengalir pada komputer stabil karena terjadinya naik turun tegangan sangat berpotensi merusak komponen hardware komputer.
• Usahakan untuk membersihkan perangkat hardware komputer yang ada di dalam cpu,minimal 3 bulan 1 x bisa dengan menggunakan kuas,dan juga kipas penyedot debu…….hal ini karena komp yang kotor bisa menyebabkan komputer berjalan lamban dan parahnya bisa menyebabkan komp mati.karena hub antar komponen tidak berjalan dengn baik.
• Biasakan seminggu sekali untuk scandisk atau defrag hardisk.untuk memperbaiki dan meyusun sector-sector yang ada di hardisk
• Gunakanlah antivirus yang terbaru karena ada virus yang dapat merusak komponen komp, seperti halnya hardisk yaitu dengan menyibukan hardisk memproses file2 yang tidak berguna secara terus menerus,sehingga piringan hardisk cepat panas.dan juga kinerja komputer jadi lamban

Mungkin ada tips-tips lain dari anda, mungkin ada yang mau ditambahkan……………………


B. Sistem proteksi secara hardware
Proteksi keamanan Komputer secara hardware dapat menggunakan Recovery Card, banyak para pengguna komputer yang belum tahu akan keberadaan serta kehandalan dari Recovery Card ini. Dimana sistem proteksi secara hardware ini merupakan solusi nyata dan tidak bersifat sementara terhadap perkembangan infeksi virus komputer terlebih dari serangan virus lokal yang semakin meraja-lela. Karena virus komputer tidak akan mampu menembus keterbatasan ruang yang diciptakan secara virtual oleh Recovery Card

Kelebihan utama Recovery card:
1. Sama sekali tidak membebani kinerja Windows dan performa komputer karena kerjanya sebelum sistem operasi Windows (level hardware).
2. Mengembalikan kehilangan data 100%
3. Dapat memproteksi BIOS
4. Restorasi data atau sistem dapat dilakukan secara otomatis dan manual berdasarkan waktu sampai 255 hari
5. USB Recovery Card bisa digunakan di komputer Desktop maupun Laptop

Gambar. USB Recovery card Gambar. PCI Recovery Card

C. CPU temperature
Komponen terpanas pada PC Anda adalah CPU. Pada kebanyakan kasus, pernyataan tersebut memang benar. Namun seberapa panas yang masih dapat ditoleransi oleh CPU?
Walaupun kita menggunakan Fan casing dan Heatsinks CPU temperatur masih dapat naik jika digunakan pada tenaga/power penuh pada waktu yang lama. Menggunakan CPU pada temperatur yang tinggi dapat menyebabkan lambat dan sistem crash pada jangka pendek dan pada jangka panjang dapat memperpendek usia PC anda.Pada kasus yang extreme CPU anda dapat saja terbakar dan meleleh diatas motherboard anda.Biasanya ini terjadi karena ketika Fan processor anda patah tanpa diketahui. Motherboard sekarang ini datang dengan fasilitas monitoring software dan hardware yang mana akan mematikan komputer ketika temperatur CPU menjadi sangat panas.Walaupun begitu hal ini tidak menjamin 100% aman, Satu-satunya cara adalah dengan memeriksa fan dan sistem pendinginan anda setiap waktu memastikan temperatur CPU anda stabil tidak bertambah panas.CPU mempunyai ukuran maksimum temperatur yang dinamakan critical temperatur (Aturan yang dikeluarkan perusahaan CPU pada maksimum temperatur CPU yang beroperasi).Tetapi bukan berarti yang terpenting CPU tidak melampaui batas critical temperatur berarti aman dari meleleh, tetapi usahakanlah jika bisa agar selalu berada dibawah 20C dari batas critical temperatur.Dibawah ini adalah list yang memperlihatkan batas critical temperatur untuk kebanyakan CPU yang kita gunakan.

Requierements mungkin berubah. List ini dimaksudkan hanya untuk panduan.
CPU Critical Temperature
AMD Athlon Series
AMD Athlon (socket) upto 1Ghz 90°C
AMD Athlon (slot) all speeds 70°C
AMD Athlon Thunderbird 1.1Ghz+ 95°C
AMD Athlon MP 1.33Ghz+ 95°C
AMD Athlon XP 1.33Ghz+ 90°C
AMD Athlon XP T-Bred upto 2100+ 90°C
AMD Athlon XP T-Bred over 2100+ 85°C
AMD Athlon XP Barton 85°C
AMD Athlon 64 70°C
AMD Athlon 64 (Socket 939, 1.4 volts) 65°C
AMD Athlon 64 FX 70°C

AMD Sempron
AMD Sempron (T-bred/Barton core) 90°C
AMD Sempron (Paris core) 70°C

AMD Duron Series
AMD Duron up to 1Ghz 90°C
AMD Duron 1Ghz+ 90°C
AMD Duron Applebred 85°C

AMD K6 Series
AMD K6/K6-2/K6-III (All except below) 70°C
AMD K6-2/K6-III (model number ending in X) 65°C
AMD K6-2+/K6-III+ 85°C

Intel Pentium III Series
Pentium III Slot 1 500-866Mhz 80°C
Pentium III Slot and socket 933Mhz 75°C
Pentium III Slot 1 1Ghz 60-70°C tergantung pd model
Pentium III Slot 1 1.13Ghz 62°C

Intel Celeron Series
Intel Celeron 266-433Mhz 85°C
Intel Celeron 466-533Mhz 70°C
Intel Celeron 566-600Mhz (Coppermine) 90°C
Intel Celeron 633-667Mhz 82°C
Intel Celeron 700Mhz+ 80°C

Intel Pentium II
Pentium II 1st Generation 72-75°C
Pentium II 2nd Generation 266-333 65°C
Pentium II 350-400Mhz 75°C
Pentium II 450Mhz 70°C


Dimana panduan untuk CPU pentium 4? Chip P4 dibekali dengan fasilitas penurunan yang membuat CPU menjadi lambat ketika panas meningkat.CPU akan menjadi lebih lambat semakin bertambah panasnya.Teorinya adalah CPU tidak akan pernah meleleh walaupun tanpa heatsink/fan. CPU tersebut hanya akan berjalan sangat-sangat lambat .Walaupun begitu pengembangan Intel memperlihatkan bahwa temperatur maksimumnya adalah 80°C.Sekali lagi teori ini tidak boleh mencapai 80°C .

Ada begitu banyak software yang dapat memonitor temperatur CPU kita pakai, salah satunya adalah RealTemp, aplikasi ini bisa mengetahui batas maksimum dan minimum temperatur CPU secara realtime

Gambar: Realtemp

D. Tata Ruang Komputer(server)
Tata Ruang juga harus diperhatikan dalam menjaga keamanam System Informasi, apalah artinya jika keamanan hardware sudah terjamin tetapi ruangan tempat meletakkan hardware itu tidak aman. Pada umumnya yang terdapat di ruang komputer adalah CPU, Printer, dan Perangkat masukan lainnya, yang dapat kita letakkan diruang lain adalah terminal komputer, piranti masukan dan keluaran yang menggunakan CPU komputasinya, melalui perangkat penghubung (Communication channel).

Yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata ruang komputer adalah :

 Pencahayaan (perhatikan alat penerangan,tata letak monitor dan lampu)
 Desain ruang komputer (perhatikan suhu ruang komputer / server)
 Perhatikan penempatan device (printer,fax,telpon)
 Bebas medan magnet dan listrik,bebas getaran, dan bebas terhadap zat kimia.
 Terdapat UPS (Uninterruptible Power Supply)
 Bebas dari debu,asap da terhadap gas-gas tertentu.
 Penangkal petir, HVAC (Heat/Ventillation/Air Conditioning)
 Fire Protection (deteksi dan pemadam kebakaran)

Alasan Mengapa dibutuhkan perencanaan yang baik

Keamanan alat
• Peralatan yang ada umumnya sangat bernilai bagi kelangsungan sistem dan tidak murah
• Kebutuhan lingkungan yang khusus atau memenuhi syarat tertentu, karena peralatan komputer dengan kemampuan tinggi umumnya sensitif terhadap suhu, kelembapan dan tegangan listrik.

Kenyamanan
• Mempermudah pengecekan sistem secara berkala
• Efisiensi dan efektifitas perawatan sistem.

Besar dan rumit
• Umumnya sebuah pusat komputer/pengolahan data/kontrol LAN akan sangat besar dan rumit
• Jaringan komputer terpusat yang ada juga biasanya secara fakta sangat rumit

Keseimbangan perencanaan
• Perlu diperhatikan keseimbangan elemen-elemen yang akan mempengaruhi desain ruang komputer termasuk peralatannya. Elemen-elemen tersebut diantaranya: lokasi ruang komputer, tata ruang, keamanan fisik, sistem UPS, Generator listrik cadangan, distribusi daya listrik, sistem pendinginan dan kelembapan udara, raised flooring, deteksi dan pemadam kebakaran, control akses dan keamanan, dan sistem monitoring untuk seluruh elemen tersebut.

Desain tata letak ruang komputer
• Harus tersedia pendinginan yang cukup dan sebanding terhadap beban yang ada.
• Harus dirancang kontrol akses dan sistem keamanan ke ruang komputer yang sesuai dengan jenis ruangannya.
• Setiap perubahan desain, software dan hardware harus terdokumentasi, dalam rangka kemudahan pelacakan terhadap perencanaan (roadmap) jika terjadi kesalahan atau gangguan sistem.
• Pemahaman terhadap kebutuhan system perusahaan / instansi adalah langkah awal desain ruang komputer yang efisien dan aman.
• Perhatian khusus harus diberikan pada aspek teknis dan lingkungan penunjang, yaitu: system pendinginan udara, kontrol kelembapan, distribusi
• dan aliran udara, distribusi dan proteksi daya listrik, keamanan dan deteksi kebakaran, tata ruang dan penempatan peralatan, akses perawatan, jalur pengkabelan, keamanan fisik, tanda-tanda petunjuk, dll.


Tata Ruangan

• Tata ruang (kesesuaian dg fungsi, penempatan peralatan, kenyamanan penggunaan, kemudahan perawatan, keindahan)
• Aspek pengkabelan baik untuk power maupun LAN (jalur-jalur pengkabelan, outlet, saklar, dll)
• Kontrol keamanan (mudah diamati, pengamanan instalasi listrik dan LAN, lokasi tertutup di dalam ruang komputer seminimal mungkin)
• Aksesibilitas (alur pergerakan orang mudah dan tidak membahayakan, kemudahan akses secara umum, pembatasan akses pada ruang tertentu, dll

Perencanaan Pengajaran | KTSP(kurikulum tingkat satuan pendidikan)

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.

Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
• belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
• belajar untuk memahami dan menghayati
• belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
• belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
• belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Landasan
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2),'(3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.




o Standar Isi
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam Sl adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sl ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
o Standar Kompetensi Lulusan
SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdid dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengembangan KTSP mengacu pada Sl dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Beragam dan terpadu
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Menyeluruh dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Tuntutan dunia kerja
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Agama
Dinamika perkembangan global
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kesetaraan Jender
Karakteristik satuan pendidikan



Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
Kelompok mata pelajaran estetika
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

C. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.


Pengembangan Silabus
A, Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/terra tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian

B. Prinsip Pengembangan Silabus
 Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
 Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
 Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
 Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
 Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
 Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
 Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
 Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranch kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Unit Waktu Silabus
Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disidiakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

D. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
• Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
• Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
• Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait
• Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.

E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik;
relevansi dengan karakteristik daerah,
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
kebermanfaatan bagi peserta didik;
struktur keilmuan;
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
 Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
 Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
 Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
 Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
 Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potertsi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
 Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah Sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Sistem penilaian harus disisuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mem pertim bang kan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan Sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.


Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
A. Analisis Konteks
Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP.
Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program.
Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber days alam dan sosial budaya.

B. Mekanisme Penyusunan
Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang disilenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan disilenggarakan oleh tim penyusun.

Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK .
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

BAGIAN VI
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

BAGIAN VII
PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL (MULOK)
Pendahuluan
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.

Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal



Silabus
• Komponen silabus minimal memuat: a). identitas sekolah, b). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, c). Materi Pembelajaran, d). Indikator, e). Kegiatan Pembelajaran, f). Alokasi waktu, g). Penilaian, dan h). Sumber Belajar
• Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

Perencanaan Pengajaran | Kata operasional kompetensi dasar dan indikator

Contoh-contoh kata kerja pada kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator


Ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengutip Menambah Memerlukan Menganalisis Mengabstraksi Mempertimbangkan
Menyebutkan Memperkirakan Menyesuaikan Mengaudit/memeriksa Menganimasi Menilai
Menjelaskan Menjelaskan Mengalokasikan Membuat blueprint Mengatur Membandingkan
Menggambar Mengkategorikan Mengurutkan Membuat garis besar Mengumpulkan Menyimpulkan
Membilang Mencirikan Menerapkan Memecahkan Mendanai Mengkontraskan
Mengidentifikasi Merinci Menentukan Mengkarakteristikkan Mengkategorikan Mengarahkan
Mendaftar Mengasosiasikan Menugaskan Membuat dasar pengelompokkan Mengkode Mengkritik
Menunjukkan Membandingkan Memperoleh Merasionalkan Mengkombinasikan Menimbang
Memberi label Menghitung Mencegah Menegaskan Menyusun Mempertahankan
Membuat index Mengkontraskan Mencanagkan Membuat dasar pengkontras Mengarang Memutuskan
Memasangkan Mengubah Mengkalkulasi Mengkorelasikan Membangun Memisahkan
Menemutunjukkan Mempertahankan Menangkap Mendeteksi Menanggulangi Memprediksi
Menamai Menguraikan Memodifikasi Mendiagnosis Menghubungkan Menilai
Membuat kerangka Menjalin Mengklasifikasikan Mendiagramkan Menciptakan Memperjelas
Menandai Membedakan Melengkapi Mendiversifikasikan Mengkreasikan Merangking
Membaca Mendiskusikan Menghitung Menyeleksi Mengkoreksi Menugaskan
Menyadari Mengunggulkan Membangun Memerinci ke bagaian-bagian Memotret Menafsirkan
Menghafal Menggali Membiasakan Menominasikan Merancang Memberi pertimbangan

Ranah Psikomotor
Mengaktifkan Mengoreksi Melonggrakan Mengalihkan
Menyesuaikan Mengkreasikan Membuat Memecahkan masalah
Menggabungkan Mendemonstrasikan Memanipulasi Menempel
Melamar Merancang Mereparasi Memadankan
Mengatur Memilah Mencampur Menjeniskan
Mengumpulkan Melatih Memmaku Menjahit
Menimbang Mengencangkan Mengoperasikan Mempertajam
Memperkecil Memperbaiki Menjalankan Membentuk
Membangun Mengikuti Menekan Mensketsa
Mengkalibrasi Menggiling Memproduksi Memulai
Mengubah Memegang Menarik Menyetir
Membersihkan Memalu Mendorong Menggunakan
Menutup Memanaskan Memindahkan Menimbang
Mengkombinasikan Menggantung Memperbaiki Membungkus
Memposisikan Mengidentifikasikan Menggantikan Mengemas
Menyambungkan Mengisi Memutar
Mengkonstruksi Menempatkan Menggirim










RANAH AFEKTIF
Menerima Menanggapi Bekerja sama Menganut Menghayati
Mempertanyakan Bertanggungjawab Mengasumsikan tanggungjawab Mengubah Bertindak
Memilih Membantu Meyakini Menata Mengubah perilaku
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Mengklasifikasikan Berakhlak mulia
Memberi Mengkompromikan Meyakinkan Mengkombinasikan Berfilosofi
Menmganut Menyenangi Memperjelas Mempertahankan Mempengaruhi
Mematuhi Menyambut Membedakan Membangun Menimbang masalah
Meminati Mendukung beriman Membentuk pendapat Mendengarkan
Menyetujui Memprakarsai Menunjukkan dengan Mengajukan usulan
Menampilkan Mengundang memadukan Mengkualifikasi
Melaksanakan Menggabungkan Mengelola Mempertanyakan
Menampilkan Memperjelas Menimbang alternatif Melayani
Melaporkan Berperanserta Menegosiasi Menunjukkan kematangan/kedewasaan
Memilih Mengusulkan Berembuk Memecahkan
Mengatakan Menekankan Bersilang pendapat Membuktikan kembali
Membuat pertanyaan Berbagi
Memilah Menyumbang
Menolak Bekerjakeras

Pengantar pendidikan | Aliran-aliran pendidikan

Aliran-Aliran Pendidikan
July 20, 2008 — Hartoto
Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia.
A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.


c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
B. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
¬¬¬Asas Taman Siswa
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.
Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
¬Tujuan Taman Siswa
Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut
Berpikir logis dan rasional
Keaktifan atau kegiatan
Pendidikan masyarakat
Memperhatikan pembawaan anak
Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.
c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-pendidikan/






























Aliran-Aliran Dalam Pendidikan

Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai hal itu, maka berikut ini disajikan berbagai aliran klasik dan gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.

1. Aliran Klasik di Bagi Menjadi 4 yaitu:

a. Aliran Empirisme

Aliran ini dimotori oleh seorang filosof berkebangsaan inggris yang raionalis bernama John Locke (1632-1704). Aliran ini bertolak dari Lockean tradition yang lebih mengutamakan perkembangan manusia dari sisi empirikyang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia (Umar Tirtarahardja,2000:194). Secara etimologis empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Pokok pikiran yang dikemukakan oleh aliran ini menyatakan bahwa pwngalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak diakuinya.
Menurut aliran empirisme bahwa pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan “tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak dapat ditulis apapun di atasnya. Sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat menentukan keberadaan anak. Pendidikan dikatakan “Maha Kuasa” artinya Pendidikan memiliki kekuasaan dalam menentukan nasib anak. John Locke menganjurkan agar pendidikan disekolah dilaksanakan berdasarkan atas kemampuan rasio dan bukan perasaan. Aliran ini meyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui didikan tertentu kepada anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan. Sementara itu pembawaan yang berupa kemampuan dasar yang dibawa seseorang sejak lahir diabaikan sama sekali. Penganut aliran ini masih berkeyakinan bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat dimanipulasi karena keberadaannya yang pasif.

b. Aliran Nativisme

Menurut Zahara Idris(1992:6) nativisme berasal dari bahasa latin nativus berarti terlahir. Seseorang berkembang berdasarkan pada apa yang dibawanya sejak lahir. Adapun inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaanyang berupa bakat. Aliran ini dikenal juga dengan aliran pesimistik karena pandangannya yang menyatakan, bahwa orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik, Begitu pula sebaliknya. Namun demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan seseorang, sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.

c. Aliran Naturalisme

Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme (Umar Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau, yang mengamati pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul “Emile” menyatakan bahwa anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar penbawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.

d. Aliran Konvergensi

Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Aliran ini semakin dikenal setelah kedua aliran sebelumnya yakni empirisme dan nativisme tidak lagi banyak memiliki pengikut. Inti ajaran konvergensi adalah bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Sehubungan dengan hal itu teori. Konvergensi yang dikemukakan William Stern berpendapat bahwa:
Pendidikan memiliki kemungkinan untuk dilaksanakan, dalam arti dijadikan penolong kepada anak untuk mengembangkan potensi.
Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawaan dan lingkungannya.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, aliran konvergensi dipandang lebih realistis, sehingga banyak diikuti oleh para pakar pendidikan.

2. Gerakan-Gerakan Baru dalam Pedidikan dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Pembelajaran Alam Sekitar

Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran alam sekitar adalah peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan. Penjelajahan seseorang dalam menemukan hal-hal baru, baik untuk pengetahuan, olah raga, maupun rekreasi menjadikan program pendidikan alam sekitar dipandang sangat penting. Melalui penjelajahan yang dilakukan, maka sekarang peserta didik, akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya. Pendidikan alam sekitar ini mudah dilaksanakan di segala jenjang pendidikan. Konsekuensinya, dalam persiapan perlu dipikirkan tentang biaya ketika akan diadakan penjelajahan seperti halnya biaya transportasi, biaya hidup selama penjelajahan, penginapan dan sebagainya.

b. Pengajaran Pusat Perhatian (Centres D’interet)

Penemuan adalah Ovide Decroly (1871-1923), seorang dokter perancis mendirikan yayasan untuk anak-anak abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun1901. pada tahun1907 metodenya diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak, yang dinamai centres d’interet. Decroly mencari dan menyelidiki naluri anak dalam pertumbuhannya (secara intrinsik). Naluri yang perlu didapatkan adalah naluri untuk mempertahankan diri,untuk makan, bermain dan bekerja, dari meniru. Berangkat dari naluri tersebut selanjutnya disusun pusat perhatian seperti: untuk makan, untuk berlindung, mempertahankan diri terhadap musuh, dan untuk bekerja. Yang menarik pada pendidikan/ pengajaran Decroly yaitu bahwa anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.

c. Sekolah Kerja

George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang guru ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia mengembangkan cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengabdi kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja, manusia menuju ke lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai dengan bagian masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung jawab.

d. Pengajaran Proyek

Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.

3. Dua aliran Pokok Pedidikan di Indonesia

a. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, ada salah seorang putera Indonesia yang bernama Raden mas Soewardi Soerjaningrat. Ia gemar menulis dengan menggunakan bahasa Belanda yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda, tulisannya bejudul “Alks ik een Nederlander was” yang artinya Andai saja saya seorang Belanda. Dari tulisannya yang dianggap tajam oleh pemerintah Belanda inilah ia dibuang di Negeri Belanda.
Ketika berada di tempat pembuangan beliau merasa bebas dalam menyatakan pendapat-pendapatnya, sedang di tanah air sendiri yang dikuasai oleh pemerintah penjajah Belanda justru kebebasannya terganggu. Dari kecintaannya terhadap pendidikan yang sekaligus merupakan perwujudan dari cita-citanya, maka pacta tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta didirikanlah suatu taman kanak-kanak yang diberi nama Taman Indriya. Kemudian berkembang lagi dan semakin luas hingga seluruh lembaganya diberi nama perguruan Kebangsaan Taman Siswa.
Pada jaman penjajahan Belanda, Taman Siswa bersikap “noncooperative” dan menolak pemberian subsidi. Di dalam melaksanakan konsep pendidikannya Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:
Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri. Hendaknya setiap peserta didik dapat berkembang menurut kodrat dan bakatnya,namun mereka dididik dengan sistem among atau tut wuri handayani.
Asas Kebudayaan yang dalam hal ini kebudayaan Indonesia sendiri.
Asas kerakyatan, pendidikan dan pengajaran harus diberikan kepada seluruh rakyat.
Asas kekuatan sendiri (berdikari). Dengan demikian segala pembelanjaan ditutup dengan uang pendapatan sendiri.
Asas berhamba kepada anak.

Pada saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, dan dua tahun berikutnya berhasil disusun dasar-dasar Taman Siswa yang dikenal dengan Panca Darma. Kelima dasar yang dimaksud adalah:
Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
Kodrat Hidup
Termasuk Kodrat hidup adalah pembawaan.
Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
Kemerdekaan Kebebasan

Ki Hajar Dewantara juga menentukan semboyan bagi kaum pendidik, antara lain: ing ngarso sung tulodho, artinya jika pendidik berada di muka dia berkewajiban memberi teladan kepada para peserta didiknya. Ing madya mangun karso artinya: jika di tengah membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Tut wuri handayani artinya jika di belakang pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

b. Ruang Pedidikan INS di Kayutanam

Sebuah sekolah lain timbul sebagai reaksi terhadap sekolah-sekolah pemerintah Hindia Belanda yaitu INS ( Indonesiche Nederlansce School) di kayutanam, yaitu suatu kota kecil di dekat padang panjang Sumatera Barat. Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan rancangan kerschensteiner dengan arbeitsschulenya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada pemerintah sebagai pegawainya.
Adapun dasar pemikiran INS adalah:
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menentang intelektualisme,aktif, giat dan punya daya cipta serta dinamis.
Memperhatikan bakat dan lingkungan siswa.
Berpikir secara rasional, bukan secara mistik.

Perlu juga diketahui bahwa ruang pedidikan INS terdiri atas empat tingkatan yaitu:
Ruang rendah Sekolah Dasar 7 tahun.
Ruang antara tahun (sambungan ruang rendah). Siswa tamatan HIS atau Schakel tidak langsung dapat diterima pada ruang dewasa, tetapi harus masuk ruang antara lebih dahulu.
Ruang dewasa 4 tahun (sambungan ruang antara atau ruang tengah).

Ruang masyarakat 1 tahun
Pada semua tingkatan ruang, diberikan 50% mata pelajaran umum dan 50% pelajaran kejuruan (Zahara Idris 1984:21). Menurut S Purbakawatja (1970:212) M. Syafei menunjukan sifatnya sebagai pendidik yang secara demokratis ingin memberi kesempatan kepada anak tumbuh dan berkembang menurut garis masing-masing.

Sistem ini tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari daerah lain karena terlalu banyak menuntut pengorbanan dari pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana dan mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikannya hanya dirasakan secara perorangan.

KESIMPULAN
Untuk menilai suatu perkembangan terhadap manusia, kita bisa memandang dari segi empirik secara eksternal dan dapat memandang dari bakat yang mereka miliki. Jadi aliran yang lebih cocok untuk dunia pendidikan adalah aliran konvergensi karena aliran ini mengakui bakat, pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga mereka mampu mengembangkan potensinya tanpa suatu halangan apapun. Jadi aliran ini dipandang lebih realistis.Serta dari hal-hal tersebut muncul juga beberapa gerakan-gerakan baru dalam pendidikan seperti yang ada di pembahasan.
s

Makalah kewirausahaan Bisnis pembuatan Pin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usaha
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain masalah dana pembangunan yang tinggi, belum lagi faktor sosial budaya bangsa Indonesia yang belum begitu siap menyongsong tuntutan pembangunan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tingkat pendapatan kotor perkepala keluarga belum mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan yang nyata.
Kini yang menjadi masalah adalah bagaimana bangsa dan negara kita ini mampu menaikkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang kini ditempuh ialah menciptakan peluang usaha dan mendorong tumbuhnya semangat wirausaha pada masyarakat Indonesia. Sebab, para wirausahawan inilah yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, agar menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak, sehingga pada gilirannya terciptalah pemerataan tenaga kerja.

Pin yang disebut juga badge telah menjadi alternatif name tag yang stylish. Penggunaan pin sangat beragam. Sebagian besar digunakan sebagai penanda keanggotaan suatu kelompok atau organisasi. Sangat eksklusif dan berkesan bila dibuat sebagai souvenir untuk klien. Pengganti name-tag pada event-event khusus. Sebagian lagi sebagai aksesoris yang menarik untuk dikoleksi.

1.2 Tujuan Usaha
Walaupun pemerintah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk seluruh masyarakat Indonesia, diharapkan masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha dan memiliki motivasi untuk memperbaiki taraf hidupnya mampu menciptakan lapangan usaha baru dalam bidang ini sehingga membantu pemerintah dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.
Salah satu usaha yang dapat merespon (memotivasi) seseorang untuk dapat membuat suatu lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain diawali dari usaha-usaha kecil atau usaha dengan menggunakan modal yang relatif kecil pula. Sehingga dapat termotivasi untuk mengembangkan usaha yang didalamnya mencangkup penambahan karyawan, peningkatan produksi, dan lain-lain.
Jika dilihat dari berbagai macam usaha kecil yang memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut, produksi pin memiliki potensi untuk dikembangkan bagi masyarakat muda yang putus sekolah atau baru saja lulus dari SMA atau yang lainnya. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan pin terdiri dari empat bagian, yaitu :
- Kancing pin
- Plat perapat
- Peniti
- Desain atau gambar
Bahan-bahan tersebut terbuat dari berbagai macam bahan tetepi yang umum di pasaran antara lain, plastik dan plat kaleng, dengan struktur bentuk yang sangat variatif. Untuk pin berbentuk bulat mulai dari diameter 25mm sampai dengan 90mm pin berbentuk kotak mempunyai dua ukuran yaitu 33mm X 33mm dan 42mm X 42mm oval 33mm X 42mm dan 42mm X 54mm. Untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit. Karena, kita akan menggunakan sistem makloon. Pada saat mengepres pin, kita hanya memberikan desain. Bahan-bahannya (kancing pin, plat perapat, dll) disediakan di tempat pengepresan tersebut.

Bulat Kotak Oval
Diameter 25mm 33mm X 33mm Diameter panjang 33mm Diameter lebar 42cm
Diameter 33mm 42mm X 42mm Diameter panjang 42mm Diameter lebar 54mm
Diameter 33mm
Diameter 40mm
Diameter 42mm
Diameter 45mm
Diameter 50mm
Diameter 58mm
Diameter 70mm
Diameter 90mm
Tabel.1 Ukuran-ukuran pin



(a) Kotak (b) Oval (c) Bulat
Gambar. Bentuk-bentuk Pin
2.1.1 Cara Pembuatan
Dalam memproduksi pin hanya melewati beberapa proses yang tidak terlalu sulit dan dapat dilihat dari berapa modal yang dimiliki.
Hal mendasar dalam proses pembuatan pin adalah desain. Konsumen dapat memesan pin menggunakan desain sesuai dengan yang diinginkannya berupa foto, logo suatu organisasi, dan banyak lagi. Desain ini dapat diperoleh dari konsumen sendiri atau konsumen memberikan gambaran seperti apa yang diinginkannya dan kita bisa mengeditnya. Setelah itu dilakukan proses cetak dengan cara digital printing dan laminasi. Dalam proses ini, jika kita tidak memiliki fasilitas printer yang memadai, kita bisa melakukannya di rental-rental ataupun digital printing yang dapat ditemukan dimana saja. Setelah desain dicetak kita tinggal melakukan proses akhir yaitu pengepresan pin di tempat-tempat yang menyediakan jasa ini.
2.2 Perhitungan Ekonomi
Printing digital per satu lembar A3 Rp.10.000
Bentuk Ukuran(mm) Menghasilkan(pcs gambar/desain) Biaya Print/pcs(Rp)
Bulat 25 – 33 48 Rp.208,-
35 – 42 35 Rp.286,-
45 30 Rp.334,-
50 28 Rp.357,-
58 26 Rp.385,-
70 – 90 15 Rp.667,-
Kotak 33 X 33 37 Rp.270,-
42 X 42 34 Rp.294,-
Oval 33 X 42 35 Rp.286,-
42 X 54 34 Rp.294,-
Tabel.2 Biaya Printing digital
Biaya pengepresan pin
Bentuk Ukuran(mm) Biaya(rupiah)
Bulat Diameter 25 sampai 42 Rp.1000,-
Diameter 45 sampai 58 Rp.1200,-
Diameter 70 sampai 90 Rp.3000,-
Kotak 33 X 33 Rp.1000,-
42 X 42 Rp.1200,-
Oval 33 X 42 Rp.1000,-
42 X 54 Rp.1200,-
Tabel.3 Biaya pengepresan pin


2.2.1 Harga Jual dan Perhitungan Laba
Perhitungan harga jual berdasarkan pembuatan 100 pin
Harga jual di pasaran berdasarkan ukuran
Bentuk Ukuran(mm) Harga/satuan(rupiah)
Bulat 25 Rp.7000,-
33 sampai 58 Rp.5000,-
70 sampai 90 Rp.12.500,-
Kotak 33 X 33 Rp.5.000,-
42 X 42 Rp.5.000,-
Oval Semua ukuran Rp.5.000,-
Tabel.4 Harga jual pin di pasaran










Perhitungan laba per satuan pin
Bentuk Pin Ukuran Harga Jual Biaya Printing Biaya Pres Laba
Bulat 25 Rp.7.000 Rp.208 Rp.1000 Rp.5.792
33 Rp.5000 Rp.208 Rp.1000 Rp.3.792
35 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
40 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
42 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
45 Rp.5.000 Rp.334 Rp.1200 Rp.3.466
50 Rp.5.000 Rp.357 Rp.1.200 Rp.3443
58 Rp.5.000 Rp.385 Rp.1200 Rp.3415
70 Rp.12.000 Rp.667` Rp.3.000 Rp.8.833
90 Rp.12.500 Rp.667 Rp.3.000 Rp.8.833
Kotak 33 X 33 Rp.5.000 Rp.270 Rp.1.000 Rp.3.730
42 X 42 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Oval 33 X 42 Rp.5.000 Rp.286 Rp.1.000 Rp.3.714
42 X 54 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Tabel.5 Perhitungan laba

Keterangan : minimum pemesanan tiap bentuk dan ukuran adalah per lembar A3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berwirausaha dalam bidang ini hanya memerlukan motivasi dan keinginan untuk maju. Berwirausaha dalam bidang produksi pin ini sangat mudah. Sebenarnya tidak memerlukan keterampilan khusus. Seandainya kita tidak menguasai teknik mengedit desain menggunakan program aplikasi yang banyak tersedia, kita bisa menggunakan sistem makloon. Kita tinggal membawa desain konsumen ke tempat layanan penyedia jasa edit yang biasanya tersedia di rental-rental komputer. Di tempat ini juga kita dapat sekaligus mencetak dan melaminasi desain.

3.2 Saran
Jika anda berminat dalam bidang ini, sebaiknya anda mulai merintis dari sekarang. Jangan takut untuk gagal berwirausaha dalam bidang ini. Anda hanya memerlukan relasi yang luas agar usaha ini semakin berkembang. Mulailah dengan sistem makloon jika anda tidak memiliki modal yang besar. Karena, seiring dengan berjalannya waktu, semakin lama usaha anda akan semakin besar jika anda memiliki ketekunan. Anda akan memiliki digital printing, tempat pengepresan pin sehingga anda tidak perlu meggunakan sistem makloon. Dengan begitu, anda pun akan membuka lahan pekerjaan yang baru bagi orang lain. Namun semua itu memerlukan ketekunan. Oleh karena itu, “Mulailah dari sekarang untuk berwirausaha agar tercapai keberhasilan!!!”.

Daftar Pustaka

http://id.wordpress.com
http://messyground.blogspot.com
http://www.gogirlmagz.com
http://rlv.zcache.com

Makalah kewirausahaan Bisnis pembuatan Pin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usaha
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain masalah dana pembangunan yang tinggi, belum lagi faktor sosial budaya bangsa Indonesia yang belum begitu siap menyongsong tuntutan pembangunan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tingkat pendapatan kotor perkepala keluarga belum mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan yang nyata.
Kini yang menjadi masalah adalah bagaimana bangsa dan negara kita ini mampu menaikkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang kini ditempuh ialah menciptakan peluang usaha dan mendorong tumbuhnya semangat wirausaha pada masyarakat Indonesia. Sebab, para wirausahawan inilah yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, agar menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak, sehingga pada gilirannya terciptalah pemerataan tenaga kerja.

Pin yang disebut juga badge telah menjadi alternatif name tag yang stylish. Penggunaan pin sangat beragam. Sebagian besar digunakan sebagai penanda keanggotaan suatu kelompok atau organisasi. Sangat eksklusif dan berkesan bila dibuat sebagai souvenir untuk klien. Pengganti name-tag pada event-event khusus. Sebagian lagi sebagai aksesoris yang menarik untuk dikoleksi.

1.2 Tujuan Usaha
Walaupun pemerintah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk seluruh masyarakat Indonesia, diharapkan masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha dan memiliki motivasi untuk memperbaiki taraf hidupnya mampu menciptakan lapangan usaha baru dalam bidang ini sehingga membantu pemerintah dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.
Salah satu usaha yang dapat merespon (memotivasi) seseorang untuk dapat membuat suatu lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain diawali dari usaha-usaha kecil atau usaha dengan menggunakan modal yang relatif kecil pula. Sehingga dapat termotivasi untuk mengembangkan usaha yang didalamnya mencangkup penambahan karyawan, peningkatan produksi, dan lain-lain.
Jika dilihat dari berbagai macam usaha kecil yang memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut, produksi pin memiliki potensi untuk dikembangkan bagi masyarakat muda yang putus sekolah atau baru saja lulus dari SMA atau yang lainnya. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan pin terdiri dari empat bagian, yaitu :
- Kancing pin
- Plat perapat
- Peniti
- Desain atau gambar
Bahan-bahan tersebut terbuat dari berbagai macam bahan tetepi yang umum di pasaran antara lain, plastik dan plat kaleng, dengan struktur bentuk yang sangat variatif. Untuk pin berbentuk bulat mulai dari diameter 25mm sampai dengan 90mm pin berbentuk kotak mempunyai dua ukuran yaitu 33mm X 33mm dan 42mm X 42mm oval 33mm X 42mm dan 42mm X 54mm. Untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit. Karena, kita akan menggunakan sistem makloon. Pada saat mengepres pin, kita hanya memberikan desain. Bahan-bahannya (kancing pin, plat perapat, dll) disediakan di tempat pengepresan tersebut.

Bulat Kotak Oval
Diameter 25mm 33mm X 33mm Diameter panjang 33mm Diameter lebar 42cm
Diameter 33mm 42mm X 42mm Diameter panjang 42mm Diameter lebar 54mm
Diameter 33mm
Diameter 40mm
Diameter 42mm
Diameter 45mm
Diameter 50mm
Diameter 58mm
Diameter 70mm
Diameter 90mm
Tabel.1 Ukuran-ukuran pin



(a) Kotak (b) Oval (c) Bulat
Gambar. Bentuk-bentuk Pin
2.1.1 Cara Pembuatan
Dalam memproduksi pin hanya melewati beberapa proses yang tidak terlalu sulit dan dapat dilihat dari berapa modal yang dimiliki.
Hal mendasar dalam proses pembuatan pin adalah desain. Konsumen dapat memesan pin menggunakan desain sesuai dengan yang diinginkannya berupa foto, logo suatu organisasi, dan banyak lagi. Desain ini dapat diperoleh dari konsumen sendiri atau konsumen memberikan gambaran seperti apa yang diinginkannya dan kita bisa mengeditnya. Setelah itu dilakukan proses cetak dengan cara digital printing dan laminasi. Dalam proses ini, jika kita tidak memiliki fasilitas printer yang memadai, kita bisa melakukannya di rental-rental ataupun digital printing yang dapat ditemukan dimana saja. Setelah desain dicetak kita tinggal melakukan proses akhir yaitu pengepresan pin di tempat-tempat yang menyediakan jasa ini.
2.2 Perhitungan Ekonomi
Printing digital per satu lembar A3 Rp.10.000
Bentuk Ukuran(mm) Menghasilkan(pcs gambar/desain) Biaya Print/pcs(Rp)
Bulat 25 – 33 48 Rp.208,-
35 – 42 35 Rp.286,-
45 30 Rp.334,-
50 28 Rp.357,-
58 26 Rp.385,-
70 – 90 15 Rp.667,-
Kotak 33 X 33 37 Rp.270,-
42 X 42 34 Rp.294,-
Oval 33 X 42 35 Rp.286,-
42 X 54 34 Rp.294,-
Tabel.2 Biaya Printing digital
Biaya pengepresan pin
Bentuk Ukuran(mm) Biaya(rupiah)
Bulat Diameter 25 sampai 42 Rp.1000,-
Diameter 45 sampai 58 Rp.1200,-
Diameter 70 sampai 90 Rp.3000,-
Kotak 33 X 33 Rp.1000,-
42 X 42 Rp.1200,-
Oval 33 X 42 Rp.1000,-
42 X 54 Rp.1200,-
Tabel.3 Biaya pengepresan pin


2.2.1 Harga Jual dan Perhitungan Laba
Perhitungan harga jual berdasarkan pembuatan 100 pin
Harga jual di pasaran berdasarkan ukuran
Bentuk Ukuran(mm) Harga/satuan(rupiah)
Bulat 25 Rp.7000,-
33 sampai 58 Rp.5000,-
70 sampai 90 Rp.12.500,-
Kotak 33 X 33 Rp.5.000,-
42 X 42 Rp.5.000,-
Oval Semua ukuran Rp.5.000,-
Tabel.4 Harga jual pin di pasaran










Perhitungan laba per satuan pin
Bentuk Pin Ukuran Harga Jual Biaya Printing Biaya Pres Laba
Bulat 25 Rp.7.000 Rp.208 Rp.1000 Rp.5.792
33 Rp.5000 Rp.208 Rp.1000 Rp.3.792
35 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
40 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
42 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
45 Rp.5.000 Rp.334 Rp.1200 Rp.3.466
50 Rp.5.000 Rp.357 Rp.1.200 Rp.3443
58 Rp.5.000 Rp.385 Rp.1200 Rp.3415
70 Rp.12.000 Rp.667` Rp.3.000 Rp.8.833
90 Rp.12.500 Rp.667 Rp.3.000 Rp.8.833
Kotak 33 X 33 Rp.5.000 Rp.270 Rp.1.000 Rp.3.730
42 X 42 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Oval 33 X 42 Rp.5.000 Rp.286 Rp.1.000 Rp.3.714
42 X 54 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Tabel.5 Perhitungan laba

Keterangan : minimum pemesanan tiap bentuk dan ukuran adalah per lembar A3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berwirausaha dalam bidang ini hanya memerlukan motivasi dan keinginan untuk maju. Berwirausaha dalam bidang produksi pin ini sangat mudah. Sebenarnya tidak memerlukan keterampilan khusus. Seandainya kita tidak menguasai teknik mengedit desain menggunakan program aplikasi yang banyak tersedia, kita bisa menggunakan sistem makloon. Kita tinggal membawa desain konsumen ke tempat layanan penyedia jasa edit yang biasanya tersedia di rental-rental komputer. Di tempat ini juga kita dapat sekaligus mencetak dan melaminasi desain.

3.2 Saran
Jika anda berminat dalam bidang ini, sebaiknya anda mulai merintis dari sekarang. Jangan takut untuk gagal berwirausaha dalam bidang ini. Anda hanya memerlukan relasi yang luas agar usaha ini semakin berkembang. Mulailah dengan sistem makloon jika anda tidak memiliki modal yang besar. Karena, seiring dengan berjalannya waktu, semakin lama usaha anda akan semakin besar jika anda memiliki ketekunan. Anda akan memiliki digital printing, tempat pengepresan pin sehingga anda tidak perlu meggunakan sistem makloon. Dengan begitu, anda pun akan membuka lahan pekerjaan yang baru bagi orang lain. Namun semua itu memerlukan ketekunan. Oleh karena itu, “Mulailah dari sekarang untuk berwirausaha agar tercapai keberhasilan!!!”.

Daftar Pustaka

http://id.wordpress.com
http://messyground.blogspot.com
http://www.gogirlmagz.com
http://rlv.zcache.com

Makalah kewirausahaan Bisnis pembuatan Pin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usaha
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain masalah dana pembangunan yang tinggi, belum lagi faktor sosial budaya bangsa Indonesia yang belum begitu siap menyongsong tuntutan pembangunan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tingkat pendapatan kotor perkepala keluarga belum mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan yang nyata.
Kini yang menjadi masalah adalah bagaimana bangsa dan negara kita ini mampu menaikkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang kini ditempuh ialah menciptakan peluang usaha dan mendorong tumbuhnya semangat wirausaha pada masyarakat Indonesia. Sebab, para wirausahawan inilah yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, agar menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak, sehingga pada gilirannya terciptalah pemerataan tenaga kerja.

Pin yang disebut juga badge telah menjadi alternatif name tag yang stylish. Penggunaan pin sangat beragam. Sebagian besar digunakan sebagai penanda keanggotaan suatu kelompok atau organisasi. Sangat eksklusif dan berkesan bila dibuat sebagai souvenir untuk klien. Pengganti name-tag pada event-event khusus. Sebagian lagi sebagai aksesoris yang menarik untuk dikoleksi.

1.2 Tujuan Usaha
Walaupun pemerintah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk seluruh masyarakat Indonesia, diharapkan masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha dan memiliki motivasi untuk memperbaiki taraf hidupnya mampu menciptakan lapangan usaha baru dalam bidang ini sehingga membantu pemerintah dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.
Salah satu usaha yang dapat merespon (memotivasi) seseorang untuk dapat membuat suatu lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain diawali dari usaha-usaha kecil atau usaha dengan menggunakan modal yang relatif kecil pula. Sehingga dapat termotivasi untuk mengembangkan usaha yang didalamnya mencangkup penambahan karyawan, peningkatan produksi, dan lain-lain.
Jika dilihat dari berbagai macam usaha kecil yang memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut, produksi pin memiliki potensi untuk dikembangkan bagi masyarakat muda yang putus sekolah atau baru saja lulus dari SMA atau yang lainnya. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan pin terdiri dari empat bagian, yaitu :
- Kancing pin
- Plat perapat
- Peniti
- Desain atau gambar
Bahan-bahan tersebut terbuat dari berbagai macam bahan tetepi yang umum di pasaran antara lain, plastik dan plat kaleng, dengan struktur bentuk yang sangat variatif. Untuk pin berbentuk bulat mulai dari diameter 25mm sampai dengan 90mm pin berbentuk kotak mempunyai dua ukuran yaitu 33mm X 33mm dan 42mm X 42mm oval 33mm X 42mm dan 42mm X 54mm. Untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit. Karena, kita akan menggunakan sistem makloon. Pada saat mengepres pin, kita hanya memberikan desain. Bahan-bahannya (kancing pin, plat perapat, dll) disediakan di tempat pengepresan tersebut.

Bulat Kotak Oval
Diameter 25mm 33mm X 33mm Diameter panjang 33mm Diameter lebar 42cm
Diameter 33mm 42mm X 42mm Diameter panjang 42mm Diameter lebar 54mm
Diameter 33mm
Diameter 40mm
Diameter 42mm
Diameter 45mm
Diameter 50mm
Diameter 58mm
Diameter 70mm
Diameter 90mm
Tabel.1 Ukuran-ukuran pin



(a) Kotak (b) Oval (c) Bulat
Gambar. Bentuk-bentuk Pin
2.1.1 Cara Pembuatan
Dalam memproduksi pin hanya melewati beberapa proses yang tidak terlalu sulit dan dapat dilihat dari berapa modal yang dimiliki.
Hal mendasar dalam proses pembuatan pin adalah desain. Konsumen dapat memesan pin menggunakan desain sesuai dengan yang diinginkannya berupa foto, logo suatu organisasi, dan banyak lagi. Desain ini dapat diperoleh dari konsumen sendiri atau konsumen memberikan gambaran seperti apa yang diinginkannya dan kita bisa mengeditnya. Setelah itu dilakukan proses cetak dengan cara digital printing dan laminasi. Dalam proses ini, jika kita tidak memiliki fasilitas printer yang memadai, kita bisa melakukannya di rental-rental ataupun digital printing yang dapat ditemukan dimana saja. Setelah desain dicetak kita tinggal melakukan proses akhir yaitu pengepresan pin di tempat-tempat yang menyediakan jasa ini.
2.2 Perhitungan Ekonomi
Printing digital per satu lembar A3 Rp.10.000
Bentuk Ukuran(mm) Menghasilkan(pcs gambar/desain) Biaya Print/pcs(Rp)
Bulat 25 – 33 48 Rp.208,-
35 – 42 35 Rp.286,-
45 30 Rp.334,-
50 28 Rp.357,-
58 26 Rp.385,-
70 – 90 15 Rp.667,-
Kotak 33 X 33 37 Rp.270,-
42 X 42 34 Rp.294,-
Oval 33 X 42 35 Rp.286,-
42 X 54 34 Rp.294,-
Tabel.2 Biaya Printing digital
Biaya pengepresan pin
Bentuk Ukuran(mm) Biaya(rupiah)
Bulat Diameter 25 sampai 42 Rp.1000,-
Diameter 45 sampai 58 Rp.1200,-
Diameter 70 sampai 90 Rp.3000,-
Kotak 33 X 33 Rp.1000,-
42 X 42 Rp.1200,-
Oval 33 X 42 Rp.1000,-
42 X 54 Rp.1200,-
Tabel.3 Biaya pengepresan pin


2.2.1 Harga Jual dan Perhitungan Laba
Perhitungan harga jual berdasarkan pembuatan 100 pin
Harga jual di pasaran berdasarkan ukuran
Bentuk Ukuran(mm) Harga/satuan(rupiah)
Bulat 25 Rp.7000,-
33 sampai 58 Rp.5000,-
70 sampai 90 Rp.12.500,-
Kotak 33 X 33 Rp.5.000,-
42 X 42 Rp.5.000,-
Oval Semua ukuran Rp.5.000,-
Tabel.4 Harga jual pin di pasaran










Perhitungan laba per satuan pin
Bentuk Pin Ukuran Harga Jual Biaya Printing Biaya Pres Laba
Bulat 25 Rp.7.000 Rp.208 Rp.1000 Rp.5.792
33 Rp.5000 Rp.208 Rp.1000 Rp.3.792
35 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
40 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
42 Rp.5000 Rp.286 Rp.1000 Rp.3714
45 Rp.5.000 Rp.334 Rp.1200 Rp.3.466
50 Rp.5.000 Rp.357 Rp.1.200 Rp.3443
58 Rp.5.000 Rp.385 Rp.1200 Rp.3415
70 Rp.12.000 Rp.667` Rp.3.000 Rp.8.833
90 Rp.12.500 Rp.667 Rp.3.000 Rp.8.833
Kotak 33 X 33 Rp.5.000 Rp.270 Rp.1.000 Rp.3.730
42 X 42 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Oval 33 X 42 Rp.5.000 Rp.286 Rp.1.000 Rp.3.714
42 X 54 Rp.5.000 Rp.294 Rp.1.200 Rp.3.506
Tabel.5 Perhitungan laba

Keterangan : minimum pemesanan tiap bentuk dan ukuran adalah per lembar A3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berwirausaha dalam bidang ini hanya memerlukan motivasi dan keinginan untuk maju. Berwirausaha dalam bidang produksi pin ini sangat mudah. Sebenarnya tidak memerlukan keterampilan khusus. Seandainya kita tidak menguasai teknik mengedit desain menggunakan program aplikasi yang banyak tersedia, kita bisa menggunakan sistem makloon. Kita tinggal membawa desain konsumen ke tempat layanan penyedia jasa edit yang biasanya tersedia di rental-rental komputer. Di tempat ini juga kita dapat sekaligus mencetak dan melaminasi desain.

3.2 Saran
Jika anda berminat dalam bidang ini, sebaiknya anda mulai merintis dari sekarang. Jangan takut untuk gagal berwirausaha dalam bidang ini. Anda hanya memerlukan relasi yang luas agar usaha ini semakin berkembang. Mulailah dengan sistem makloon jika anda tidak memiliki modal yang besar. Karena, seiring dengan berjalannya waktu, semakin lama usaha anda akan semakin besar jika anda memiliki ketekunan. Anda akan memiliki digital printing, tempat pengepresan pin sehingga anda tidak perlu meggunakan sistem makloon. Dengan begitu, anda pun akan membuka lahan pekerjaan yang baru bagi orang lain. Namun semua itu memerlukan ketekunan. Oleh karena itu, “Mulailah dari sekarang untuk berwirausaha agar tercapai keberhasilan!!!”.

Daftar Pustaka

http://id.wordpress.com
http://messyground.blogspot.com
http://www.gogirlmagz.com
http://rlv.zcache.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More